Jam menunjukkan pukul 12:10 dan aku masih duduk di sini hanya memandang awan melewati jendela berjeruji. Seekor burung dengan warna kecoklatan bertengger di teralis hitam depan balkon lantai dua.Menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, menatap langit juga tidak ingin kalah denganku. Ah...Sekarang dia terbang bersama dengan angin yang berhembus. Para dedaunan yang lemah hanya bisa bergoyang ketika angin bertiup. Satu-satu kemudian...bersamaan karena angin mulai sepoi-sepoi.
Kenapa? Kalian seakan-akan menatapku dan ingin berbicara denganku. Kenapa kalian bergoyang terus menerus dan kelihatan senang? Apakah yang dikatakan angin? Huh? Apa? Katakanlah padaku. Apakah kalian sedang membuatku iri? Yah, seperti itu...Melambai dengan tenang dan begitu mengasyikkan menyaksikannya.
Kau memintaku keluar? Tapi bagaimana caranya? Aku menghitung jumlah jeruji yang ada di depanku. Satu...Dua...Tiga...Empat...Aku mulai mendongakkan kepalaku, melihat sisa jeruji yang belum sempat kutunjuk dan kuhitung. Apakah sebanyak ini? Kenapa tak ada habisnya? Hei, para dedaunan, apakah kalian bisa membantuku? Kenapa kalian hanya diam? Kenapa kali ini angin tidak berhembus? Apa yang harus kulakukan? Aku berdiri dan mencoba menghancurkan semua jeruji, namun hal yang kulakukan sia-sia dan tanganku mulai terluka. Kutatap lama tanganku. Aku tahu aku tak akan bisa keluar dari ruangan kecil ini. Tidak adakah harapan lagi yang tersisa?
"Masukkan tanganmu ke antara jeruji dan buka saja jendelanya". Bisikkan angin membuatku berdiri lagi dan membuatku mencoba lagi. Dengan sisa tenagaku, kubuka kunci jendela dan kucoba membuka jendela selebar-lebarnya. Kucoba buka, tapi tanganku tertahan oleh jeruji. Kuputar tanganku. Sakitnya luar biasa. Tolonglah...Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya bersama mereka di dalam udara yang sama, sekali saja setidaknya.
"Kreeekkk...." Jendela pun terbuka. Para dedaunan mulai bergoyang kembali, menyambutku yang masih terhalang jeruji. Aku mencoba mengeluarkan tanganku dan rasanya...hangat. Inikah apa yang dilakukan matahari? Aku mencoba bernapas dan membiarkan udara memasuki ruanganku. Rasanya menenangkan sampai rasanya aku tidak ingin lagi membuka mataku. Begitu tenang...Suara angin dan dedaunan yang menari terdengar begitu jelas di telingaku. Pelan-pelan kubuka mataku sembari mengatur napasku. Aku mulai meneteskan air mata melihat hembusan angin yang menyihir para dedaunan berterbangan dengan bebasnya. Para dedaunan menjadi hiasan awan yang luas layaknya sebuah lukisan. Dedaunan mulai menerpa tanganku. Jadi, inikah yang dibisikkan angin? Jadi, inikah yang ingin kalian beritahu padaku? Terima kasih. Sangat indah dan aku senang bisa menjadi bagian dari kalian.
Aku tidak keberatan untuk terluka bahkan kehilangan tanganku hanya untuk mengalami kenangan manis ini sekali lagi. Jendela pun mulai tertutup dengan sendirinya, membuatku duduk kembali. Kutengok jam dinding bulat itu dengan pinggiran emasnya. Pukul 13:00 dan aku mendapatkan sesuatu yang kecil dan tak ternilai harganya yang lebih dikenal orang banyak sebagai "kebahagiaan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar