Jumat, 24 Desember 2010

5 Minutes : Tribute To Luke

Menit pertama,aku melihat dia mulai mengibaskan rambutnya yang panjang berwana abu-abu seperti celana yang ku pakai sekarang. Bisa dilihat rambutnya sangat halus dan lembut tanpa disentuh. Rambutnya lurus dan tebal sehingga orang-orang pasti ingin menyentuh dan memegangnya.

Menit kedua, dia mulai memanggil pelayan. Datanglah seorang pelayan berambut pirang berambut jabrik, bermata biru dan tinggi kira-kira 180 cm. Pakaiannya sangat rapi dan mulai berbicara dengan sang nona yang memanggilnya. Kurasa dia memiliki ketakutan dengan perempuan karena bisa dilihat dia menjaga jarak dari si pelanggan namun cara bicaranya dan bagaimana dia mengambil hati sang pelanggan, bisa diacungi jempol. Namun, aku tidak peduli dengan pemuda itu. Mataku hanya terhanyut pada sang gadis yang sedang memesan dan berbicara kepada si pelayan. Ketika dia menengok kepada si pelayan bisa kulihat rambut poni kanannya menutup matanya. Entah kenapa ada perasaan kesal di dalam hatiku karena tidak bisa melihat warna matanya. Kopiku mulai dingin karena pengaruh dari musim salju kurasa. Tetapi lagi-lagi, aku tidak peduli. Yang kupedulikan hanya gadis yang sedang memunggungiku sekarang.

Menit ketiga, aku semakin penasaran dengan wajahnya. aku ingin sekali memanggilnya tapi ada perasaan takut. Takut gadis itu marah dan mengira aku mungkin orang mesum dan alhasil aku mendapat tamparan. Aku mulai menjetikkan jariku di meja dengan suara agak keras. Berharap dia memalingkan mukanya dan yaikss!! Dia memalingkan muka kepadaku! Dengan tampang yang sedikit bingung, aku bisa melihat matanya berwarna biru seperti lautan dan matanya yang bulat. Warna kulitnya putih seperti lilin sampai-sampai rasanya sayang kalau disentuh takut akan merusaknya. Hidungnya mancung dan mulutnya kecil nan mungil. Rasanya sejenak aku terpaku dan tidak bisa memalingkan mataku dari wajahnya. Dia pun memalingkan mukanya ketika si pelayan datang untuk menanyakan beberapa hal mengenai pesanannya.

Menit keempat, rasanya jantungku mau copot. Jantungku berdetak tidak karuan. Aku mulai panik tak tahan akan kecantikannya yang luar biasa. Semua orang pasti mengingini gadis seperti itu. Aku mulai memutar otak dan mulai berpikir keras. Aku pun bimbang antara 2 pilihan untuk mengajaknya kenalan atau tidak. Aku takut tidak akan ada kesempatan seperti ini lagi. Tiba-tiba si gadis menengok lagi dengan tampang penasaran dan jeleknya dia melihatku yang kebingungan. Aku pun terkejut dan aku pun berpura-pura meminum kopiku. Aku pun baru sadar kopiku sudah dingin bak es. Dan tidak sengaja aku pun batuk-batuk. Si gadis pun tertawa melihat kelakuanku. Aku pun malu dan hanya menundukan kepala. Aku melirik dia sudah memalingkan mukanya kembali. Tawanya....Oh, Tuhan...Senangkah kau menyiksaku seperti ini?
Astaga aku yakin 99% napasku akan habis sebentar lagi.

Menit kelima, aku akhirnya bertekad tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Aku pun berdiri dan menuju mejanya. Dia pun menengok mengetahui keberadaanku. Dari jarak sedekat ini.....dia kelihatan makin......cantik. Sebentar lagi aku pasti gila. "Aku Luke". Aku mengulurkan tanganku. Dia tersenyum mungkin tepatnya tertawa kecil. "Hai,aku Tear" Dia menyambut tanganku dan bisa dirasakan tangannya begitu halus. Kurasa aku harus bersyukur atas apa yang telah kualami hari ini.

4 komentar:

uc mengatakan...

wow wow udah mulai seneng bikin fanfic ya? ^^

bikin tentang Asch dong *w*

Zerica Estefania Surya mengatakan...

klo asch gw bingung ma syapa...

Cecilia Sabrina Susanto mengatakan...

Y ampun zer O_O ad bakat jg u bkin fanfic XD wkwkwk,kerasa bner suasanany <3
klo blh usul c. U bkin novel boleh tu :P

Zerica Estefania Surya mengatakan...

beh ngeri...
jadi apa gw..wkwkwkkw