Selasa, 20 November 2012

Love Story


Talent: Fresco- Anjing Gue
© Zerica Estefania Surya, 2012

Sabtu, 27 Oktober 2012

Malu Jadi Orang Indonesia?



Like dan kasih komentar guys..Thank You...;D

Senin, 15 Oktober 2012

10 Air Mata : Bab I



“Hoahmmm,” aku mulai menguap karena pidato kepala sekolah yang mulai membuatku ngantuk. “Hush, Anya jangan gitu donk, baru 15 menit ju…oahmmm.” Aku pun langsung menengok sahabat dari SD ku itu, Regina.
“Geblek-geblek…lain kali kalo mau negur gue mikir-mikir dulu, jeng,” kataku sambil tersenyum. Sebenernya aku pun sudah tidak tahan untuk tertawa melihat kelakuan si Regina. “Bukan gitu, gimana pun juga, kita harus menghormati yang lebih tua,” katanya sok bijak.
“Idih, geli banget. Lo masih bisa ngomong kayak gitu setelah apa yang telah lo lakukan. Ckckckck.”
“Jangan gitu. Gini-gini kita udah jadi anak SMP loh! Gak berasa ya?”
Aku pun menatap langit yang cerah. Ya, pada hari ini aku resmi menjadi anak SMP, tidak lagi menggunakan rok merah, rasanya enam tahun pun tak terasa lama. Seribu tahun aja gak lama kan? Hehe. Dan aku berharap bisa mendapat pengalaman yang indah di sini. Tiba-tiba suara tepuk tangan terdengar, tanda berakhirnya pidato kepala sekolah kami.                                                                             ***
“Wah, Anya kita sekelas lho! Asik ya! Kita akan memulai kisah kita bersama di tempat yang baru.”
“Berarti tahun ini pun adalah tahun sial gue. Lo tau, gue sangat berjuang keras bisa lulus ujian sekolah, coba tahun kemaren lo gak sekelas gue, gue pasti merem aja lulus dah,” kataku sambil nyengir kuda. Aku suka sekali menjahili sahabatku yang satu ini.
“Liat ntar bakal nyesel lo ngomong gitu, lo pasti bakal berterima kasih sama gue di kemudian hari nanti.”
“Apa yang perlu gue sesali? Gue udah sekelas lo satu tahun kok.” Regina pun mulai cemberut karena tidak bisa membalas ucapanku.
“Yaelah, gitu aja ngambek. Yuk, ke kelas. Gue duduk sama lo deh.” Regina akhirnya setuju walaupun aku masih bisa melihat senyum kecut di wajahnya.
***
“Alice. Bernard. Cindy.” Bu Clara wali kelas kami sedang mengabsen para murid. Banyak anak baru dari sekolah lain yang tidak kukenal. Aku berharap bisa bergaul dengan mereka semua nantinya.
“Eh, Reg, gak ada yang ganteng nih.”
“Gile lo, belum apa-apa udah ngeliat cowok aja. Aduh apa sih pentingnya cowok-cowok. Mereka tuh nothing.”
“Yah, namanya juga kaum hawa. Daripada gue ngleiatin cewek lebih serem kan? Jangan ngomong gitu, ntar juga pada akhirnya lo bakal punya cowok. Yah, kecuali…”, aku pun mulai memandangnya dengan pandangan risih.
“Gak lah ya! Gila apa lo! Gue normal kali! Cuman menurut gue cowok tuh ga penting. Kalau pun nantinya gue punya cowok, dia tuh pasti cuman mainan. Prinsip gue boys are toys.”
“Zefanya.” Aku pun mengangkat tanganku mendengar namaku dipanggil. Entah kenapa aku tidak membalas Regina. Toh, itu haknya dia punya pendapat seperti apa.
“Mulai besok kalian akan duduk sesuai denah yang telah ibu buat.”
“Yah, ibu…” Terdengar teriakan kekecewaan anak-anak. Yah, maklum lah namanya juga bekas anak SD.
“Dan jangan lupa membawa buku sesuai jadwal yang sudah dibagikan. Itu saja dari saya, silahkan istirahat. Selamat siang”
“Se…la….mat si…ang…,bu….” SD nya keliatan banget. Aku pun mengeluarkan bekal dan mulai makan. Kalau perut sudah memanggil, makanan seperti apa pun pasti membawa berkah.
“Oh ya, Aunyaa…nauntih kitha jualan-juulan yuk?” Terkadang ada rasa juga ingin mengakhiri persahabatan dengan orang ini. Tapi bagaimanapun juga dia selalu baik terhadapku.
“Telen dulu baru ngomong, Reg.”
“Nanti kita jalan-jalan yuk? Gue pengen liat-liat kelas lain”
“Iye, gampang. Makan dulu aja.”
“Eh, ada Anya sama Regina. Kita sekelas ya.” Aku menengok menuju arah suara itu dan ternyata itu suara Jenny. Aku mengenalnya. Dia dulu satu SD denganku dan Regina.
“Iya nih Jen. Lo gak makan?”
“Gue mau minta denah sama si Bu Clara bareng Sasha, lo berdua mau ikut gak?” Aku melirik sedikit ke  arah Sasha. Dulu di SD, kata temen-temen sih dia anaknya centil-centil gitu. Tapi aku tak pernah sekelas dengannya. Jadi, aku tidak tahu apa cerita itu benar atau tidak.
“Ayuo, kitah temuenin, Anyua.”, kata Regina sambil mengunyah makanannya. Aku pun menengok dengan pasrah. Aku memang teman yang baik sepertinya. Kalau tidak mungkin aku tidak akan mau mendekati Regina lagi.
                                       ***
“Gedung sekolah kita gede juga ya.” Mulailah tur wisata kami. “Tapi jauh juga ya mau ke ruang guru. Pake acara lewat kelas kakak senior lagi,” tambah Sasha lagi yang dari tadi mengomentari.
“Sedih juga ya, belom apa-apa udah jadi ketua kelas, Jen.”
“Ya nih, Anya. Gue mulu dah. Kayak gak ada orang lain aja. Lo gitu kek sekali-kali.”
“Aduh, gue  mah gak jadi pengurus kelas aja dipanggil guru mulu. Ada aja buat majalah lah, buat ngurusin ini itulah.”
“Woo, narsis nih ceritanya”
“Yah, abis kenyataan sih. Ngapain coba gue boong. Gue ude kayak anak emasnya para guru.” Dan bisa dibayangkan bagaimana reaksi Jenny yang sudah mengenalku yang narsis ini dari lama.
“Bercanda, Jen. Gue males aja. Paling entar gue mau coba ikut OSIS aja, biar makin eksis.” Jenny, Sasha dan Regina mulai menggerutu akibat kenarsisanku yang makin jadi. Kami semua pun akhirnya tertawa. Tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang tidak sengaja menabrak Regina yang berada di paling pinggir.
“Aduh sori, gue buru-buru nih.” Dan ternyata itu adalah Alan.
“Sialan lo kontet!” Tentu saja melihat watak dan kepribadian Regina, murkalah cewek ini.
“Ih, Regina lo jahat banget sih,” kata Sasha.
“Biarin aja emang dia kontet kok!”
“Dia sekelas kita kan? Gue tadi ngliat dia di depan pas upacara.”, kataku.
“Oh ya? Tapi dia emang kecil ya. Lucu,” tambah Jenny.
“Sekelas? Khu… khu… khu… abis dia entar sama gue di kelas,” kata Regina dengan semangat. Yah, aku hanya bisa berharap si Alan nggak makin kontet aja abis ketemu Regina nanti.
                                       ***
Aku berbaring di kamarku dan seketika mataku terlelap. Sampai pada akhirnya suara pintu membangunkanku.
“Kak! Bantuin gue bikin peer donk.” Ternyata itu suara Liana, adik perempuanku.
“Bikin sendirilah, lo kan pinter. Bisalah. Gue ngantuk nih.” Ketika aku mengatakan dia pintar, itu berarti dia memang pintar. Dan pintar di sini bukanlah pintar layaknya orang biasa. Liana adalah tipe anak yang belajar dengan 30 menit dan semuanya sudah terekam di otaknya. Mengerikan memang, tapi itulah kenyataannya.
“Planet apa yang paling besar?” Belum sempat aku menjawab pertanyaanya dia sudah berkata ‘Jupiter’ sambil menepuk dahinya.
“Kalau planet merah?”
“Venus,” jawabku ngasal.
“Bukannya Mars ya? Mars ah.”
“Lah itu tahu, kenapa tanya coba.” Aku mulai kesal. Maklum aja waktu beauty sleep ku jadi berkurang. Hehe.
“Masa nanya aja gak boleh sih. Sekalian mempererat hubungan kakak adik kita,” katanya sambil nyengir kuda.
“Oh ya, tadi ada telpon kayaknya buat lo. Cuman gue belom sempet nanya namanya dia udeh tutup telpon. Cewek sih.” Regina mungkin ya? Tapi ngapain juga dia nelpon? Niat banget. Ah… Ya sudahlah.

------------------------------------------------------------------------------------------------------
 © Zerica Estefania Surya. Novel 10 Air Mata dibuat untuk tugas mata kuliah creative writing

Audisi "Lupus"

Baru-baru ini gw baru aja ikut audisi buat film Lupus yang diselenggarakan Komando Pictures. Awalnya gw liat di iklan mengenai adanya audisi besar-besaran itu. Gw pun coba ikut karena iseng dan juga kebetulan kaarakter yang diminta sesuai. Gw pun dengan pede bilang ke bokap dan nyokap gw. Gw juga yakin dengan ekspresi mereka ketika gw kasih tau mengenai gw mau audisi. Bokap gw kaget campur dengan cool, sedangkan nyokap gw cuman nyengir gak jelas. Well, yang penting gw dapet izinlah.

Gw pun dengan Om Roni pergi ke kantor Komando yang ada di Tebet buat ambil formulir.. Sampai di sana sekitar jam 10 an. Gw pun langsung tanya satpam dan dia kasih tunjuk arahnya. Gw sempet ngobrol sama seorang ibu yang sedang nunggu suaminya buat sekalian syuting. Sampai jam 11, akhirnya ada satu orang yang bilang bahwa orang yang memegang formulir sedang dalam perjalanan karena kantornya libur setiap weekend. Hanya ada petugas piket aja. Gw liat banyak yg liatin gw dengan tatapan sedih. Ada juga yg suruh gw pulang dulu. Iya kali gw balik ke Tangerang terus ke Tebet lagi. Bisa digantung bokap gw nanti. Sampai jam 12 gw menunggu, ternyata ada yang bilang si pemegang formulir sedang kecebak macet. Malah waktu itu gw gak bawa headset lagi. Akhirnya, gw cuman liatin kucing yg lagi jalan aja saking gak ada kerjaannya.

Tiba-tiba ada orang yang kayaknya asik banget, lagi ngobrol bareng orang" dari Komando. Cowo, kulitnya sawo matang, dan kepalanya botak. Ia juga sempet salaman sama gw dan hal itu malah makin buat gw bingung. Setelah dia pergi, barulah gw sadar ternyata orang tersebut adalah salah satu pemain di Pesbukers yang biasanya disiram bedak.Alamak. Sambil masih menunggu, gak lama kemudian ada pasangan suami sitri yg pengen daftarin anaknya juga dan mau ambil formulir. Yah, lumayanlah ada temen ngobrol. Pasangan itu curhat tentang masalah hal-hal yang harus dibawa sampai novel Lupus sendiri. Tiba-tiba, satu orang penjaga keluar dari kantor dan bilang bahwa sebenernya formulirnya tertumpuk, jadi gak kelihatan. Saat denger hal itu, gw cuman membatin diri dan berkata "Ambil aku, Tuhan!!!" saking betenya. Gw pun mulai menulis formulir dan kasih persyaratannya. Yang lucu pasangan ortu sebelah gw malah minta hari audisinya dipindahin karna anaknya mau UTS. Mang yang audisi cuman anaknya doang kali yah. Ada" aja.

Setelah masalah formulir selesai, gw pun ikut audisi tanggal 11 Oktober yang berlangsung di Mal Casablanca. Waktu nyampe di sana, gw cengo setengah mati karena Mal Casablanca termasuk mal elit. Jadi, gw yang datang dengan memakai seragam SMA cuman menatap. Gw juga sempetin ke WC-nya yang sumpah keren abis. Tapi, karena mal elit jadi mungkin sepi pengunjung. Gw pun langsung ke tempat audisi buat daftar ulang. Setelah daftar ulang, gw lihat bayak banget yang pake seragam SMA sama kayak gw. Tiba-tiba ada cowok yg menghampiri gw dan gak ada angin atau debu, dia langsung minta nomor HP gw. Iya kali mas, gw kasih...cape deh. Akhirnya gw pindah buat sekalian duduk di dalam. Audisinya beda sama kota lainnya kayaknya, di situ modelnya ruang terbuka. Gw pun berkenalan dengan Dimas yang ternyata tinggal di Kelapa Dua. Sumpah dunia sempit abis! Gw juga kenalan sama  Gilang dan Ade.

Gw agak bingung juga dengan audisinya karena banyak yang diminta nari, modelling dan nyanyi. Gw juga gak ngerti sih. Denger" dari Gilang, kita harus punya konsep buat peranin sesuatu di depan. Karena gw audisi sebagai Lulu, gw akhirnya udah punya bayangan. Gw pun akhirnya menunggu bareng Ade dan Dimas. Tapi, karena gw termasuk nomor 50 ke bawah, yah jadi habis istirahat baru lanjut audisi lagi. Gw, Ade sama Dimas akhirnya mulai cari makan dan ketemu sama Riki, Fakri dan Indra. Walaupun yang akhirnya ikut makan cuman Riki sama Fakri. Awal pertama kali, lihat Fakri, gw kira anaknya kalem gimana gitu yah, ternyata gw salah besar. Aslinya juga cacat, gak beda jauh sama Riki juga yang gw kira kayaknya dewasa gimana gitu walaupun emang dia juga udah semester 5. Hahahah. Agak sedih juga sih sama Dimas, yang emang bener"pure anak SMA. Ade juga udah kuliah ambil perhotelan. Entah kenapa kita udah jadi akrab aja. Aneh tapi nyata.

Audisi pun kembali dimulai dan ternyata yang maju langsung tiga orang! Aduh, otomatis gw harus bikin konsep bareng sebelah gw. Malah orangnya awalnya gak ada, terus tiba" dateng di detik" terakhir. Aduh, murka abis. Terus malah panitianya marah sama kita. Ampun deh. Belum yang tambah bikin gw keki adalah anak-anak yang dateng dari PH. Sumpah, bisa main nyelonong aja dan langsung dipasang-pasang bareng kita". Gw agak kasihan juga sama sebelah gw, soalna anak-anak PH-nya yg gw denger dia gak ngeri cerita Lupus. Sabar deh. Gw pun akhirnya bareng Ade dan satu cowo maju. Gw berperan jadi Lulu, Ade jadi Poppy dan si cowo itu jadi Lupus. Di akhir audisi, ternyata gw dicatet sama jurinya. Tapi jadinya malah gak jelas. Jadi, gw masuk apa gak? Gw nanya sama MC, eh malah di suruh turun. Mending baik gitu yah suruh turunnya. Eh, temen" gw malah selametin gw karna gw dicatet. Jadi, menurut mereka gw bisa maen kalo ditelpon sama Komando. Nggak deh makasih. Gw uda punya firasat kalo bisa ditelpon tuh 1: 1000, udah gitu gw yakin yg masuk bakal orang" dari manajemen. Ternyata firasat gw bener. Setelah gw pulang, Gilang cerita kalo yg masuk rata" dari manajemen. Kadang gw kasihan juga sama orang" yang emang niat dari awal.Yah, kalo gw sih gak terlalu pusingin sih, yang penting eksis dulu lah...di handphone.


Dimas, Fakri, Indra, Riki, Gw, Ade
Hati-hati lho, karena gw yakin salah satu di antara orang yang masuk dalam foto ini akan menjadi aktor atau aktris yang sukses, Eh! Bahkan semuanya....(termasuk yang fotoin..Hahahah)

PS: Thanks buat Tito yang udah mau foto kita semua! Hehe...

Hau Nian Doben, Timor Lorosae

Akhirnya selama 14 tahun meninggalkan kampung halaman, gw akhirnya pergi juga ke Timor Leste, di mana gw lahir. Gw pindah ke Indonesia waktu umur 4 tahun, so gw udah gak inget apa-apa kecuali cuaca yang panas. Gw pun berangkat bersama nyokap gw karena kebetulan nyokap juga pengen nyelesain administrasi rumah. Bokap 'n kedua ade gw gak ikut soalnya udah masuk kerja 'n sekolah.

Perjalanan dari Indonesia ke Timor kira" 4 jam dengan transit di Bali. Kebetulan gw duduk deket jendela jadi gw bisa lihat-lihat pemandangan. Waktu perjalanan ke Timor, gw bisa lihat perubahan pulau yang tadinya berwarna hijau menjadi warna coklat. Timor Leste kayaknya negara yang panas banget nih. Detik-detik gw turun dari pesawat juga bikin gw deg"an. Yah, mungkin karena pertama kali. Hahahah. Waktu gw turun, gw bisa ngerasain panas dan teriknya matahari. Bujud! Panas bener. Cuman lo bisa ngerasain angin di situ, beda sama Tangerang. Hedeh...

Hal mengagetkan pertama kali ketika gw udah berada di mobil bersama Om Leo, Om Ze dan Tante Dulce adalah jarak dar airport ke rumah Om Leo yang sangat dekat. Dan herannya lagi bukan karena rumahnya yg deket, tp emang ke mana" deket. Buset dah..hahahaha. Sampai di rumah Om Leo, gw bertemu dengan semua anaknya. Ada Uga, Jenny, Riri sama Aze.

Uga, Riri dan Jenny










Tapi ternyata gak hanya ada mereka aja yang ada di dalam rumah Om Leo. Masih ada Tante Paya, Om Denis, Valde, Telu dan Julio. Lebih ga nyangka lagi gw lebih tua daripada mereka-mereka. Hmmm... Selama kira" sminggu di sana banyak banget pengalaman yang gw dapet. Hari pertama karena udah capek akhirnya gw istirahat dan lo tau perbedaan waktu di Timor sama Tangerang tuh beda 2 jam. Jadi, gw berasa banget 2 jam gw di Timor rasanya ilang begitu aja. Abis cepet banget coba...hahahaha. Keesokan harinya gw inget banget sarapan roti Timor, bedeh rotinya beda banget tapi enak. Apalagi kalo masih dari pabrik, ampun deh gak cukup satu!! Ada juga sasoro atau bubur yang beda banget sama Indonesia punya. Gw pun mulai melirik-lirik kota kelahiran gw itu. Di sebelah rumah Om Leo persis adalah rumah gw waktu itu tinggal.


Rumah Gw

Hari yang panas juga menemani gw jalan-jalan di sekitar rumah. Tapi, walaupun panas, ada anginnya juga coy! Semriwing gimana gitu...hahahah. Soalnya Timor tuh deket banget sama gunung dan gunungnya kliatan jelas banget dari kota Dili. Enaknya rumah Om Leo sangat dekat dengan pasar dan juga mall. Bedanya di Timor hanya ada satu mall namanya Timor Plaza. Jujur sih kalo menurut gw isinya jauh dengan Indonesia. Jelas Indonesia lebih berkembang daripada Timor Leste. Selain itu yang bikin gw keki di sana harganya mahal gila coy pake dolar soalna. Hahahaha. Kalo buat biaya hidup tetep enakkan di Indonesia sih. Tapi yang bikin gw terkesima di sana adalah pantainya. Hedeh... Pantai di Timor Leste berasa lo ke pulau mana gitu. Mantep banget! Rasanya fresh banget dan lo pasti betah deh di situ!

 

Itu baru namanya pantai! GILA! Jauh banget sama Carita ama Anyer...Well, kira-kira begitulah. Rasanya udah lama gak liburan ke pantai, mulai lagi jadi anak kecil yang ngumpulin kerang, maen air ampe puas. Gw masih inget banget rasanya nginjakkin kaki di pasir yang hangat itu...(malah jadi puitis) Lo bisa lihat rumput laut 'n friends di dalam pantai. Apalagi anginnya, hedeh...sepoi-sepoi. Udah gitu, gw masih inget waktu ke pantai, ada yang buat party di pantai. Ini pertama kali gw lihat ada public party. Hahahaha. Setelah dari pantai akhirnya kita kembali ke rumah naik taksi. Taksi di sana beda banget sama taksi yang ada di Indo. Selain mahalnya biaya taksi, well...taksinya sendiri pun gak terurus sepertinya. Tapi enaknya dia gak pake tarif argo kayak di Indo.Di sepanjang pantai lo juga bisa lihat" orang-orang pada ngumpul sembari bakar-bakar ikan juga. Mantap...

Yang bikin gw kaget lagi, ternyata di sana banyak banget orang Cina, Filipina, Indonesia. Orang-orang inilah yang berjualan di sana. Gw sempet jalan" ke toko" buat belanja keperluan acara baptis Uga. Gw juga inget sempet mampir ke pabrik roti dan di sana kita bisa beli roti yang fresh from the oven. Rasanya gimana gitu. Momen yang paling gw gak bisa lupain adalah ketika gw pergi plaza. Saat mau masuk supermarket-nya entah kenapa gw gak merasa asing dengan lagunya. Suaranya waktu itu kecil banget, hampir nyaris gak kedengeran. Gw pun akhirnya coba pasang kuping. And guess what? Lagu yang diputer adalah lagu "I Like You The Best" punya BEAST!!!! Gw langsung shock! Gw ampe mikir lagi gw lagi gak di salah tempat. Ternyata ke mana pun aku pergi, BEAST memang selalu menyertai. Hahahaha...

Akhirnya, baptisan Uga pun berlangsung di gereja Motael, gereja tempat gw dulu juga dibaptis dan juga tempay bokap 'n nyokap gw nikah. Selesai pembaptisan, tadinya ada rencana mau pergi ke Christo Rei. Apa itu? Christo Rei adalah sebuah patung Yesus yang berukuran besar. Selain di Timor Leste, ada juga di Portugal dan Brazil. Tapi, karena hari udah malem, yah akhirnya gak jadi. Esok harinya pun ada pesta dan gw diharuskan berdansa padahal gw gak bisa. Udah gitu gw baru pertama kali liat orang mabuk di pesta buat Uga itu. Lucu juga ternyata. Hahaha...

Gw juga sempet ke Liquica, tempat di mana Tante Ana punya restoran. Kita pun diundang buat lihat. Sepanjang perjalanan, yang bisa lo lihat adalah pantai dengan laut yang berwarna biru. Anginnya mantap banget dan di sana juga ada tempat pembuatan garam. Sesampainya di tempat Tante Ana, gw pun terpakau dengan restorannya yang sangat dekat dengan pantai.


Kita pun makan di sana. Tante Ana jual pizza sama suaminya. Pizza-nya juga lumayan untuk disantap. Di hari terakhir, saat-saat gw udah mau balik ke Indonesia. Gw mulai foto-foto orang-orang yang belum sempet gw foto.

Om Denis


Valde, Uga, Julio
Telu, Uga, Julio
Aze 
Momen" gw udah mau naik pesawat jadi agak sedih juga. Om Leo dan Tante Dulce udah baik banget mau kasih kita tempat buat nginep. Gw inget banget waktu gw di duduk di samping jendela, gw mulai mikir kembali momen" gw main sama Uga, main Black Jack bareng Valde, Riri, Telu sama Jenny dengan hukuman dipoles bedak kalo kalah. Duduk" di bawah pohon rindang di depan rumah Om Leo, main bareng Eiten, anjingnya Om Leo. Well, I'll be back for sure....soon.

 

Rabu, 25 Juli 2012

It Is A BEAUTIFUL NIGHT!!!





Prepare for their comeback stage on 27 of July 2012!! B2ST is the BEST!!
Byeol-i bitnaneun areumdaun bam-iya-iya~

Source video: Youtube.com

Selasa, 24 Juli 2012

Kebahagiaan

Jam menunjukkan pukul 12:10 dan aku masih duduk di sini hanya memandang awan melewati jendela berjeruji. Seekor burung dengan warna kecoklatan bertengger di teralis hitam depan balkon lantai dua.Menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, menatap langit juga tidak ingin kalah denganku. Ah...Sekarang dia terbang bersama dengan angin yang berhembus. Para dedaunan yang lemah hanya bisa bergoyang ketika angin bertiup. Satu-satu kemudian...bersamaan karena angin mulai sepoi-sepoi.

Kenapa? Kalian seakan-akan menatapku dan ingin berbicara denganku. Kenapa kalian bergoyang terus menerus dan kelihatan senang? Apakah yang dikatakan angin? Huh? Apa? Katakanlah padaku. Apakah kalian sedang membuatku iri? Yah, seperti itu...Melambai dengan tenang dan begitu mengasyikkan menyaksikannya.

Kau memintaku keluar? Tapi bagaimana caranya? Aku menghitung jumlah jeruji yang ada di depanku. Satu...Dua...Tiga...Empat...Aku mulai mendongakkan kepalaku, melihat sisa jeruji yang belum sempat kutunjuk dan kuhitung. Apakah sebanyak ini? Kenapa tak ada habisnya? Hei, para dedaunan, apakah kalian bisa membantuku? Kenapa kalian hanya diam? Kenapa kali ini angin tidak berhembus? Apa yang harus kulakukan? Aku berdiri dan mencoba menghancurkan semua jeruji, namun hal yang kulakukan sia-sia dan tanganku mulai terluka. Kutatap lama tanganku. Aku tahu aku tak akan bisa keluar dari ruangan kecil ini. Tidak adakah harapan lagi yang tersisa?

"Masukkan tanganmu ke antara jeruji dan buka saja jendelanya". Bisikkan angin membuatku berdiri lagi dan membuatku mencoba lagi. Dengan sisa tenagaku, kubuka kunci jendela dan kucoba membuka jendela selebar-lebarnya. Kucoba buka, tapi tanganku tertahan oleh jeruji. Kuputar tanganku. Sakitnya luar biasa. Tolonglah...Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya bersama mereka di dalam udara yang sama, sekali saja setidaknya.

"Kreeekkk...." Jendela pun terbuka. Para dedaunan mulai bergoyang kembali, menyambutku yang masih terhalang jeruji. Aku mencoba mengeluarkan tanganku dan rasanya...hangat. Inikah apa yang dilakukan matahari?  Aku mencoba bernapas dan membiarkan udara memasuki ruanganku. Rasanya menenangkan sampai rasanya aku tidak ingin lagi membuka mataku. Begitu tenang...Suara angin dan dedaunan yang menari terdengar begitu jelas di telingaku. Pelan-pelan kubuka mataku sembari mengatur napasku. Aku mulai meneteskan air mata melihat hembusan angin yang menyihir para dedaunan berterbangan dengan bebasnya. Para dedaunan menjadi hiasan awan yang luas layaknya sebuah lukisan. Dedaunan mulai menerpa tanganku. Jadi, inikah yang dibisikkan angin? Jadi, inikah yang ingin kalian beritahu padaku? Terima kasih. Sangat indah dan aku senang bisa menjadi bagian dari kalian.

Aku tidak keberatan untuk terluka bahkan kehilangan tanganku hanya untuk mengalami kenangan manis ini sekali lagi. Jendela pun mulai tertutup dengan sendirinya, membuatku duduk kembali. Kutengok jam dinding bulat itu dengan pinggiran emasnya. Pukul 13:00 dan aku mendapatkan sesuatu yang kecil dan tak ternilai harganya yang lebih dikenal orang banyak sebagai "kebahagiaan".

Selasa, 10 Juli 2012

Midnight Sun

Bersiaplah untuk menyambut kembali salah satu boyband yang paling ditunggu, BEAST pada tanggal 22 Juli 2012. Midnight Sun akan menjadi mini album ke-5 BEAST.11 days more....

Source: KoreanIndo






Sabtu, 07 Juli 2012

Luke and Tear Again

Gw hanya akan membuat drama singkat dan pastinya tentang Luke dan Tear dari Tales of the Abyss. Gw buat karakternya jadi anak SMA, jadi silahkan bermajinasi bagi yang membacanya!!!

PS: Bener-bener singkat lho!

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sudah 2 hari berlalu dan Luke tidak bisa melupakan senyuman Tear. Di kelas pun dia berusaha untuk tidak menatap dan menghindari Tear. Wajahnya langsung panas dan jantungnya terus berdegup kencang dan ia tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. Di selasar kelas, Luke mencoba kembali untuk menatap Tear.

Luke
Ah! Gue gak bisa! (sambil berbalik dan menutup mukanya dengan kedua tangannya)

Guy
Gak bisa apa, Luke?
Luke
 Gak bisa natap dia, Guy!

Guy
Dia siapa? (sambil menaikkan salah satu alisnya)
Jade
Paling juga si Tear
Luke
Kok lo tau?
Jade
Apa sih yang gue gak tahu? (sambil membetulkan kacamatanya)
Guy
Emang kenapa? Biasa aja tuh si, Tear (sambil menatap Tear di kejauhan)
Luke
Aduh, Guy. Gue juga nggak tahu. Udah dua hari ini gue gak bisa natep dia. Jantung gue deg"an terus. Abis itu, kadang wajah gue jadi panas.
Guy dan Jade bertatapan...

Guy
Oh, sini sama mama. Tear emang cewek jahat sampai bikin anak mama kayak gini. Cup..cup..cup (sambil mengelus kepala Luke dan memeluknya)

Luke
Iya nih...huhuhuhuhu

Jade
 Sini biar papa hajar si Tear.

Luke
Jangan! Nanti Tear kesakitan (sambil mengecilkan suaranya)
Guy
Oh....Anak mama emang paling baik. Nanti mama sama papa coba cari solusinya yah. (sambil menatap Jade yang tersenyum usil sama dengan dirinya)

Luke yang polos pun tidak tahu rencana kedua temannya itu. Sampai akhirnya ia mendapatkan surat untuk bertemu Guy di sebuah taman. Di taman...

Luke
Mana si, Guy?

Tear
Eh, ada Luke.

Luke kaget dan mulai memiliki firasat dikerjai oleh kedua temannya.

Tear
Kenapa manggil gue, Luke?

Luke
Huh?! Gue mang....gil...sia..pa (sambil memalingkan muka dari Tear)

Tear
Lo kenapa sih? Gak mau natep muka gue lagi. Mang gue ada salah yah sama lo?

Luke
Bukan...gitu...Tear (tetap memalingkan muka)

Tear mendekat dan menarik kerah Luke. Muka mereka berdua berdekatan.

Tear
Lihat muka gue, Luke!

Luke
Gimana mau liat muka lo?! Gue bisa mati, Tear! Setiap kali lihat lo, wajah gue panas dan gue selalu deg"an! Gue su...(sambil menutup mulutnya dengan tangannya)

Tear pun terkejut mendengar pengakuan Luke yang terhenti, namun anehnya Luke malah tersenyum dengan percaya diri dan menatap Tear kembali.

Luke
Yah, ampun, Tear. Ternyata gue suka sama lo. Ma...(ucapan Luke terhenti)

Guy dan Jade
Mau jadi cewek gue? CIEEEEE!!!!

Guy
Anak kita sudah besar, Pa.

Jade
Iya, Ma. (sambil merangkul Guy layaknya suami istri)

Anise
Eh, ada kita juga loh!!

Natalia
Selamat ya! (sambil mengedipkan matanya)

Luke
Kalian!!!!!
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Demikian adegan singkat dari imajinasi gila gue. Thanks buat lagu From U-nya Super Junior yang memberi inspirasi gw untuk buat adegan singkat ini. Hahahahahaha.                 
    




Dead Poets Society Quotes

Man, I love these quotes and the film!

Neil Perry: I just talked to my father. He's making me quit the play at Henley Hall. Acting's everything to me. I- But he doesn't know! He- I can see his point; we're not a rich family, like Charlie's. We- But he's planning the rest of my life for me, and I- He's never asked me what I want!

John Keating: Have you ever told your father what you just told me? About your passion for acting? You ever showed him that?

Neil Perry: I can't.

John Keating: Why not?

Neil Perry: I can't talk to him this way.

John Keating: Then you're acting for him, too. You're playing the part of the dutiful son. Now, I know this sounds impossible, but you have to talk to him. You have to show him who you are, what your heart is!

Neil Perry: I know what he'll say! He'll tell me that acting's a whim and I should forget it. They're counting on me; he'll just tell me to put it out of my mind for my own good.

John Keating: You are not an indentured servant! It's not a whim for you, you prove it to him by your conviction and your passion! You show that to him, and if he still doesn't believe you - well, by then, you'll be out of school and can do anything you want.

Neil Perry: No. What about the play? The show's tomorrow night!

John Keating: Then you have to talk to him before tomorrow night.

Neil Perry: Isn't there an easier way?

John Keating: No.

Neil Perry: [laughs] I'm trapped!

John Keating: No you're not.

(Dead Poets Society, 1989)

Kau siapa?

Aku tidak mungkin bisa melupakan hari itu. Di dalam kamarku sendiri, aku mencoba duduk di depan cermin dan mencoba untuk merapikan rambutku. Masih kuingat bagaimana wajahku di depan cermin. Angin dari air conditioner menerpa kulitku dan bisa kurasakan udara dingin nan menyejukkan itu. Kamarku gelap, hanya samar-samar cahaya masuk ke dalam. Aku lupa untuk membuka gorden dan membiarkan jendela tetap tertutup. Alunan lagu day by day kubiarkan terus bermain sembari aku masih menyisir rambutku.
"Trakkk..." Tak sengaja, sisir dengan warna hijau lumut itu luput dari tanganku. Kuambil kembali sisir tersebut dan kutatap kembali cermin yang ada di depanku. Tapi kali ini bukan aku yang terpantul di sana.

Yah, aku yakin itu bukan diriku. Tapi, wanita itu memiliki mataku, memiliki hidungku, paras tubuhku pun sama dengannya. Namun tidak seperti diriku yang memakai kaus putih dengan celana pendek berwarna biru muda, wanita itu dengan anggunnya mengenakan gaun coklat dengan corak hitam berbentuk bunga abstrak di atasnya. Matanya dipenuhi dengan eye shadow coklat sangat cocok dengan gaun yang dia pakai. Lip gloss peach mewarnai bibirnya. Aneh. Dia tampak sepertiku hanya....lebih cantik. Aku memejamkan mataku sejenak, tetapi "dia" masih ada di pantulan cermin tersebut. Aku mencoba menengok ke kanan dan ke kiri, berharap akan ada yang mengatakan padaku bahwa aku sedang dikerjai oleh seseorang. Tapi, "dia" tetap di situ menatapku lurus.

"Kau siapa?" Itulah pertanyaan yang pertama kali kuucapkan padanya. Anehnya, tidak ada ketakutan menyelimuti diriku dan sepertinya aku sangat mengenal wanita itu. Wanita itu hanya tersenyum tanpa berkata sepatah kata pun.

"Kau siapa?" Kataku lagi. Kali ini dia tersenyum sinis dan dari matanya aku tahu dia sedang memandang rendah diriku. Mataku melotot melihat sikapnya dan tiba-tiba rasa marah menyelimutiku.

"KAU SIAPA!" Aku pun berteriak dengan geram dan mulai memegang cermin yang ada di depanku itu. Pada saat yang sama lagu day by day berakhir bersama dengan hilangnya wanita tersebut. Aku mencoba mengusap-usap cermin tersebut dan hanya wajahku yang terpantul di sana. "Dia" menghilang.

......................................................................................................................................................................

Kenapa mimpi tidak semanis kenyataan? Apakah salah jika seseorang bermimpi? Apakah mereka harus berhenti bermimpi? Apakah AKU harus berhenti bermimpi?

"Krak!!" Gelas kaca mungil favoritku hancur begitu saja dalam genggamanku. Warna putih berkilaunya menjadi merah darah dan tanganku tersayat dari pecahannya. Sakit, batinku dalam hati. Kenapa aku tidak merasakan sakit ketika bermimpi? Apakah leboh baik menyerah pada kenyataan? Aku termenung di depan komputer yang menyala. Tunggu! Aku merasa ada yang menatapku. Aku bisa merasakan kehadirannya. Aku mencoba menatap komputerku dan mulai menengok perlahan-lahan ke arah cermin dan "dia" di sana. Aku terbelalak dan mulutku tidak bisa berkata apa-apa meihat sosoknya di cermin. Matanya melirik ke arah pecahan gelas yang berwarna merah kemudian melirik tetesan darah yang jatuh serta mengalir dari tanganku.

Aku mencoba menyembunyikannya. Dia pasti akan merendahkanku lagi, pikirku. Tidak ada ekspresi apa pun di raut wajahnya. Dengan pelan-pelan, ia mengangkat tangan kanannya dan memperlihatkan telapak tangannya. Aku tersentak kaget karena ada bekas sayatan di telapak tangannya sama seperti tangan kananku. Kali ini dia tersenyum, namun dengan tatapan sedih.

"Hei, apakah kau akan menyerah begitu saja?" Kali ini dia berbicara kepadaku. Suaranya pun sangat mirip denganku. Pikiranku makin kacau ingin mengetahui tentang dirinya. Siapa dia sebenarnya? "Jangan menyerah." Dia melihat tangan kanannya sendiri. "Rasa sakit ini hanyalah awalnya. Bersiaplah untuk diinjak-injak, diludahi, diremehkan oleh orang lain. Mereka akan memberimu rasa sakit yang luar biasa sampai rasanya kau tidak akan bisa bernapas. Tangisan air mata akan mengalir deras dari kedua matamu dan tidak akan ada yang bisa kau andalkan."

"Ya, tangan itu....", katanya sambil menunjuk tanganku. "Hanya kaulah yang bisa melindunginya. Hanya kau yang bisa membuatnya tenang. Tubuhmu hanya kau yang bisa mengendalikannya. Pikiranmu pun, hanya bisa percaya pada dirimu."

"Kenapa aku harus mengalami banyak rasa sakit? Bukankah lebih baik bahwa aku lepas dari kenyataan?", kataku padanya. Dia tersenyum dan berkata, "Tidakkah kau tahu apa yang membedakan diriku dengan dirimu? Ketika kau melewati segala rasa sakit itu dan akhirnya kau mendapatkan semuanya, di suatu saat kau akan berjenti sejenak, memejamkan matamu, membukanya kembali dan berkata, 'ahhh...ini adalah kenyataan'. Aku terdiam dan menatapnya masih tidak percaya.

"Jadi....Kau siapa?" Tanyaku ragu. "Apakah kau bodoh? Tentu saja aku adalah kau." Lagi-lagi aku terbelalak. "Kau pikir kenapa kita punya rupa yang sama? Hanya saja aku datang sebagai mimpi".

"Huh? Apa maksudmu?"

"Aku dan kau adalah satu, tapi aku bisa lenyap. Sedangkan kau bisa berdiri tegak dengan kedua kakimu."
"Kau akan menghilang?"
"Kenapa dengan wajahmu yang sedih itu? Hei, aku akan kembali."
"Kapan?"
"Ketika kau menjadi diriku. Tidak buruk bukan?", katanya sambil menaikkan salah satu alisnya. "Jadi, terus berusahalah, jadi kita bisa bertemu lagi dan kali ini di dalam kenyataan tentunya." Setelah mengakhiri perkataannya, ia mulai melambaikan tangannya.

"Sampai jumpa, diriku yang nyata"
"Ah, tung..." Lagu day by day lagi-lagi berakhir bersamaan dengan kepergiannya. Aku mulai melihat kembali wujud asliku. Kutatap lama cermin tersebut dan aku pun tersenyum dan kulambaikan tanganku serta berkata,

"Sampai jumpa, diriku yang akan menjadi nyata."


Jumat, 06 Juli 2012

Trip to RSCM

Kalai dibilang sebuah "wisata" sebenernya gak pantes juga. Gw ke RSCM dalam rangka tugas jurnalistik gw dengan temen" yang tim RSCM pastinya untuk mencari informasi mengenai kriminalitas yang terjadi di Jakarta. Tentu saja untuk mengetahui tingkat kriminalitas, kita harus mengetahui jumlah korban entah itu yang teraniaya atau bahkan meninggal. Jadi, kalau mendapat tugas ke RSCM, tentu saja harus menuju kamar jenazah. Yap, kamar jenazah saudara-saudara. Kami semua berangkat dari area Newton deket kampus dan akhirnya mulai menuju "tanah terjanji" kami. Well, awalnya gw masih biasa aja, tetapi ketika sampai di sana, hati gw mulai deg"an. Jujur aja gw ga siap mental buat lihat mayat. Tentus saja mayat yang berada di RSCM bukanlah mayat biasa. Senior gw waktu itu lagi ngeliput dan ternyata secara tiba-tiba masuklah korban kecelakaan kereta api. Tubuhnya habis terlindas kereta api. Alhasil, dia gak bisa makan setelah meliput.

Gw, Gemmy dan Dita coba mencari kamar jenazah karena Bernard, dkk udah ke RSCM sebelumnya namun ditolak karena surat untuk izin tidak diterima pihak rumah sakit. Setelah berjalan-jalan akhirnya gw menemukan kamar jenazah. Cycil juga minta bantuan kita bertiga buat cari mobil jenazah, jadi bisa liput kalo ada korban yang datang. Setelah berkeliling, gw akhirnya sadar kita bertiga mulai dicurigai orang sekitar. Yah, wajar aja tiga mahasiswi dengan baju layaknya seorang mahasiswa dan tiba-tiba berdiri di dekat kamar jenazah otomatis cari informasi buat tugas. Kita bertiga akhirnya memutuskan buat kembali ke CFC, di mana anak-anak yang lain ngumpul. Gw pun cerita sama Bernard dan kita bertiga gak bisa ke sana karena udah ketahuan sama orang-orang di sekitar sana. Kita bertiga sebelumnya gak sempet masuk ke dalam karena keadaan masih sepi. Baru jam 7 dan kita sudah di sana. Jadi, belum ada apa-apa. Grup berikutnya Felin, dkk. ketahuan satpam dan akhirnya diusir. Akhirnya, tinggal Bernard, dkk. yang tersisa dan mencoba untuk berakting.

Setelah sekian lama, akhirnya mereka datang dan Nike menangis. Yap, mereka melihatnya. Katanya waktu mereka datang, kebetulan juga ada jenazah yang datang dan tentu saja mereka ditegur petugas. Bernard bilang mencoba mencari temannya yang kecelakaan dan si petugas percaya. Yang mereka kaget adalah ketika si petugas membuka kain putih untuk menutup jenazah dengan mudahnya. Nike dan Cecil langsung menangis karena melihat jenazah tersebut dalam keadaan yang mulai membusuk. Katanya bisa dilihat kulitnya sudah menjadi biru dan untungnya jenazah yang mereka lihat masih dalam keadaan utuh.

Setelah RSCM selesai, kami akhirnya menuju ke kantor polisi dan mencoba untuk mencari informasi. Gw dapet bagian kantor polisi deket Lapangan Banteng yang mengurusi mengenai masalah kecelakaan. Namun, karena kita juga butuh yang kriminalitas akhirnya polisi di sana memberi tahu kita untuk menuju kantor polisi di sawah besar. Giliran grup lain yang bertanya dan ternyata mereka mendapatkan foto otopsi korban yaitu seorang tukang ojek yang dibunuh dan katanya lehernya putus. Jadi, alhasil walaupun gw gak melihat mayat tetapi foto tersebut mampu membuat gw gak bisa tidur sehari.

Tapi, dari liputan tersebut gw belajar banyak dan ternyata kriminalitas itu ada dan kejam. Menyedihkan memang, tapi itulah faktanya.

Jumat, 29 Juni 2012

Rooftop Prince Menyejukkan Hatiku

Kenapa gw pasang judul kayak gini? Ini semua gara-gara drama King 2 Hearts yang telah membuat hati gw sakit karena salah satu tokoh favorit gw, Eun Shi Kyung harus mati di episode ke-18. Rasanya what the...?! Tapi di sini gw akui kehebatan si pembuat cerita dan tentunya sang sutradara yang membuat drama ini karena mereka telah memanjakan gw dan adek gw khususnya dalam 18 episode. Jujur setelah kematian Shi Kyung gw gak nonton sisa episodenya. Cuman episode terakhir, berharap Shi Kyung ternyata masih hidup. Sumpah rasanya kehilangan banget orang yang lo suka. Malah pasangan Shi Kyung si putri yang kakinya lumpuh nan cantik dan serasi itu sama dia. Apa si penulis ceritanya gak kasihan ya? Alamak. Udah gitu, jujur gw lebih interest sama kisah cinta Shi Kyung daripada Jae Ha. Hahahahah. Maap ya , Lee Seung Gi.

Setelah adanya lubang dalam hati ini, ade gw bilang Rooftop Prince salah satu drama Korea yang lagi oke banget dan katanya komedi juga. Gw dan ade gw langsung beli. Buat kalian yang belum nonton, silahkan kudu wajib dibeli hukumnya nih drama! Aish...udah yang main si Micky, terus ada 3 cowok ganteng lainnya yg jadi pelengkap cerita ini terus ceweknya yg jadi karakter utama juga manis orangnya. Crita? Happy ending walaupun di cara yang berbeda. Tapi, pesannya dapet banget ketika lo mencintai seseorang dan memang udah takdir lo dengan orang tersebut, sampai reinkarnasi pun lo akan bertemu orang yang sama walaupun di berbeda era. Ah...itu baru namanya romantis. Gw recommended banget drama ini, dan gw kasih inti ceritanya aja, gimana mereka mengemasnya? Silahkan nonton Rooftop Prince!


Sumber gambar: Tumblr

Being A News Anchor

Sebenernya kejadian ini udah lama banget, cuman memang Tuhan baru mengizinkan gw untuk menulisnya hari ini sepertinya. So, sebulan atau 2 bulan yang lalu, gw lupa tepatnya kapan, di kampus gw ada acara Communication Festival. Dan waktu itu karena buat surprise ultah Tami, akhirnya gw dan geng pipi kecuali Cinthya karena dia panitia ikut workshop mengenai how to be a good news anchor bareng Gustav Aulia, salah satu pembawa berita di salah satu televisi swasta. Awalnya gw pikir untuk membuang waktu dan sekedar pengen tahu Lab. TV UMN (mang dasar norak kayaknya). Akhirnya, gw pun ikut workshop tersebut. Hedeh, Gustav Aulia keren banget! Orangnya asik dan yang bikin makin kagum adalah ketika dia mulai mengajari kita cara membaca berita. Astaga...tuh orang emang ditakdirin jadi news anchor kayaknya. Waktu dia baca berita sama waktu dia ngomong beda banget. Hahahaha.

Setelah itu ada momen di mana 15 orang yang ingin menjadi news anchor akan dinilai secara langsung oleh Gustav Aulia. Wah, awalnya gw pengen banget cuman gw masih agak malu dan waktu itu gw duduk di bagian samping jadi kayaknya Pak Gustav gak liat. (Sebenernya agak aneh juga manggil dia Pak karena wajahnya gak ada tanda-tanda penuaan sama sekali) Eh, ternyata ketika mereka mulai maju satu-satu hanya ada 13 orang. Jadi, dia minta 2 orang lagi. Meishi, Erwanto, Gemmy sama Nabs dukung gw buat maju. Akhirnya gw pun memberanikan diri dan gw ditunjuk. Eh, waktu gw maju, cowok yg tadinya mundur karena gak berani malah pengen maju lagi. Ya udah gw pun mundur, eh malah si Pak Gustav gak masalah dengan tambahan satu orang lagi. Jadilah gw orang terakhir dan orang ke-16. Astaga... Waktu mulai pasang mike kecil di baju gw rasanya deg"an bukan main.

"Namanya siapa?"
"Zerica", gw jawab, eh malah temen gw yang ribut, "Jejer! Jejer!"
"Huh? Jeje?" Si Pak Gustav malah bingung.
Ya sudahlah. "Siap ya", katanya. Gw pun mulai ke arah kamera dan ternyata di dalam kamera itu sudah ada beritanya, jadi yah kita tinggal baca. "3..2..1!" Gw pun mulai baca berita yang sangat cepat berjalan itu. Sumpah deh gw takut banget salah baca dan keselip. Tapi, akhirnya selama 30 detik membaca berita itu berakhir dengan baik-baik saja.

Gak taunya ternyata dari yang maju tadi dipilih lima terbaik dan dapat hadiah dari si pembawa seminar. And, guess what? Gw juara satu! Rasanya waktu dia manggil nama gw dengan "Jeje", gw agak gak percaya karena anak-anak yang lain juga keren banget waktu baca berita. Gw pun maju dan masih setengah sadar. Tapi, gw melihat Pak Gustav mulai membagi coklat dan akhirnya sampailah pada gw. Dengan senyum mautnya dia bilang, "Good" dan gw pun bersalaman dengan gw. Astaga, dia emang gak cocok dipanggil bapak kayaknya, ganteng pula...astaga. Jadi, bingung harus manggil gimana.




Gila! Padahal gw ga nyangka sama skali. Kadang sesuatu terjadi ketika kita justru tidak terlalu memikirkannya. Aneh. Tapi, itu terjadi sama gw. Sayangnya, hadiah CD dari panitia yang berisi video news anchor gw ga  bisa kebaca formatnya. Jadi, gak ada kenangannya deh. Yah, sudahlah. Setidaknya gw masih inget betul di otak gw ini. Hahahahah. Tadinya cuman iseng ikut, eh malah gw mendapatkan sesuatu yang berharga. Mulai dari seminarnya, dari Lab TV karna gw akhirnya liat juga dan tentunya dari keberanian gw. Thanks a lot, Gustav Aulia, Panitia Comfest karena udah bikin workshop yang keren.